Wednesday, September 25, 2013

Kemurnian Budaya



Sering terdengar di telinga kita bahwa budaya mempengaruhi tingkah laku kita ,pengaruh terbesar saat kita menjalani sebuah kehidupan yang fana, salah satu faktor penyebab kesuksesan atau malah menjadi faktor kegagalan kita dalam mencapai cita-cita, impian, prestasi bahkan kenikmatan yang absolut.
Saat terdengar argumentasi tentang sebuah budaya, mungkin yang ada di pikiran anda adalah sebuah kota besar yang tempo dulu pernah menjadi ibukota kita yakni DI YOGYAKARTA .
Daerah Istimewa Yogyakarta, sebuah kota yang di dalamnya masih terdapat kemurnian budaya-budaya Indonesia, suatu panorama yang patut untuk diapresiasikan special dalam memelihara kemurnian dan ke-absolut-an budaya.
Bukan hanya daerah saja yang mungkin dapat memelihara sebuah budaya tetapi interaksi antar warga juga diterapkan di Yogjakarta seperti salah satunya interaksi warga terhadap produk daerah yang diproduksi oleh daerah jogjakarta seperti surat kabar jogjakarat atau yang lebih dikenal dengan “tribun jogja”, surat kabar ini lebih diminati oleh warga jogjakarta dari pada surat kabar termasyhur di negara kita. . . it’s amazing . . .!
Inilah bentuk interaksi masyarakat jogjakarta antara produsen dan konsumen saling memahami bahwa pentingnya produk dalam negeri.
Saat kita menelaah tentang kebudayaan ,saya ingat dengan sabda ROSULULLAH SAW yang menyatakan bahwa, “barang siapa yang ikut budaya suatu kaum, kaum dia termasuk salah satu anggota dari kaum tersebut.” Ini menandakan bahwa pentingnya suatu budaya dalam menjalani kehidupan, atau dalam segi agama bisa diartikan dengan menjaga aqidah islamiyah yang kita miliki.
Satu hal lagi yang saya kagumi dan apresiasi bagus kepada masyarakat Yogyakarta yakni selalu menaati peraturan yang berlaku, ada mungkin sekitar satu atau lebih yang tidak menaati peraturan, maklumlah namanya juga manusia yang tak luput dari kesalahan tapi mayoritas masyarakat di Yogyakarta taat pada peraturan, fenomena yang telah saya cermati dan pelajari adalah saat mereka menggunakan jalan raya, mereka selalu menaati peraturan lalu lintas.
Pelajaran yang saya dapatkan saat menunggu rambu-rambu lalu lintas berubah menjadi hijau, budaya orang yang berbondong-bondong untuk ingin cepat melintasi lampu lalu lintas, saling mendahului, ingin menjadi yang terdepan melintasinya, tapi mereka tidak, mereka malah mengantri dibelakang kendaraan yang sudah menunggu sejak tadi bahkan sepeda motor yang biasanya menyerobot ke depan pun berjajar untuk mengantri. . .subhanallah . . .suatu pelajaran bahwa masyarakat Yogyakarta selalu “tepo seliro “.dan mereka sportif, arti sportif di sini tidak ingin mendahului atau istilahnya bersaing dengan tidak jujur, boleh bersaing asalkan tidak melukai yang lain.
Budaya sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan kita, anda pernah mendengar cerita seorang ulama Yunani, Socrates ..beliau bukan ulama, tapi korban dari kesalah pahaman agama akibat perbedaan budaya-budaya antar umat beragama, Di pemukiman Socrates yang mayoritas penduduknya menyembah dewa, sesat dan musyik, dia malah iman kepada Allah SWT, karena budaya kaum Yunani bertentangan dengan budaya Socrates yang menyembah Allah SWT akhirnya dia pun ditangkap dan divonis hukuman mati oleh pemerintah Yunani, dia pun berani bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya, bahkan dia pun menerima hukuman dan pantang baginya untuk kabur, lari dari hukuman dan tanggung jawab padahal hal yang sangat mudah untuk kabur dari hukuman itu , bayangkan siapakah seorang Socrates.
Pesan terakhir Socrates setelah minum racun, “Crito. . . aku berhutang seekor ayam kepada Asclepius . . .maukah kau membayar utangku?”. Crito adalah murid Socrates saat dipenjara, ada 2 pelajaran dalam pesan terakhir Socrates, yang pertama adalah aqidah islamiyah (hutang), dia tahu bahwa hutang sangat berpengaruh saat kita dihisab di hari kiamat karena dari pengetahuan yang saya pelajari haqqul adami sangat berperan mempengaruhi kita untuk terjebur ke surga Allah atau bahkan terjerumus ke neraka Allah , pelajaran yang kedua yakni tentang tanggung jawab, seorang ksatria selalu bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya, apalagi terhadap hak orang lain.
Budaya berbuat baik sangat mendominasi kehidupan anda, lebih-lebih masalah aqidah yang bertentangan antara budaya kita dengan budaya orang disekitar kita, selalu menjaga interaksi kerukunan antar umat beragama dan lebih pentingnya menghormati budaya orang lain yang tak bertentangan dengan aqidah kita.
Our culture may be different, but Unity is the most important.




Socran_tes








No comments:

Post a Comment