Sering terdengar di telinga kita bahwa budaya mempengaruhi tingkah
laku kita ,pengaruh terbesar saat kita menjalani sebuah kehidupan yang fana, salah
satu faktor penyebab kesuksesan atau malah menjadi faktor kegagalan kita dalam
mencapai cita-cita, impian, prestasi bahkan kenikmatan yang absolut.
Saat terdengar argumentasi tentang sebuah budaya, mungkin yang ada
di pikiran anda adalah sebuah kota besar yang tempo dulu pernah menjadi ibukota
kita yakni DI YOGYAKARTA .
Daerah Istimewa Yogyakarta, sebuah kota yang di dalamnya masih
terdapat kemurnian budaya-budaya Indonesia, suatu panorama yang patut untuk diapresiasikan
special dalam memelihara kemurnian dan ke-absolut-an budaya.
Bukan hanya daerah saja yang mungkin dapat memelihara sebuah budaya
tetapi interaksi antar warga juga diterapkan di Yogjakarta seperti salah satunya
interaksi warga terhadap produk daerah yang diproduksi oleh daerah jogjakarta
seperti surat kabar jogjakarat atau yang lebih dikenal dengan “tribun jogja”, surat
kabar ini lebih diminati oleh warga jogjakarta dari pada surat kabar termasyhur
di negara kita. . . it’s amazing . . .!
Inilah bentuk interaksi masyarakat jogjakarta antara produsen dan
konsumen saling memahami bahwa pentingnya produk dalam negeri.
Saat kita menelaah tentang kebudayaan ,saya ingat dengan sabda
ROSULULLAH SAW yang menyatakan bahwa, “barang siapa yang ikut budaya suatu
kaum, kaum dia termasuk salah satu anggota dari kaum tersebut.” Ini
menandakan bahwa pentingnya suatu budaya dalam menjalani kehidupan, atau dalam
segi agama bisa diartikan dengan menjaga aqidah islamiyah yang kita miliki.
Satu hal lagi yang saya kagumi dan apresiasi bagus kepada masyarakat
Yogyakarta yakni selalu menaati peraturan yang berlaku, ada mungkin sekitar
satu atau lebih yang tidak menaati peraturan, maklumlah namanya juga manusia yang
tak luput dari kesalahan tapi mayoritas masyarakat di Yogyakarta taat pada
peraturan, fenomena yang telah saya cermati dan pelajari adalah saat mereka
menggunakan jalan raya, mereka selalu menaati peraturan lalu lintas.
Pelajaran yang saya dapatkan saat menunggu rambu-rambu lalu lintas berubah
menjadi hijau, budaya orang yang berbondong-bondong untuk ingin cepat melintasi
lampu lalu lintas, saling mendahului, ingin menjadi yang terdepan melintasinya,
tapi mereka tidak, mereka malah mengantri dibelakang kendaraan yang sudah
menunggu sejak tadi bahkan sepeda motor yang biasanya menyerobot ke depan pun
berjajar untuk mengantri. . .subhanallah . . .suatu pelajaran bahwa masyarakat
Yogyakarta selalu “tepo seliro “.dan mereka sportif, arti sportif di sini tidak
ingin mendahului atau istilahnya bersaing dengan tidak jujur, boleh bersaing
asalkan tidak melukai yang lain.
Budaya sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan kita, anda pernah
mendengar cerita seorang ulama Yunani, Socrates ..beliau bukan ulama, tapi
korban dari kesalah pahaman agama akibat perbedaan budaya-budaya antar umat
beragama, Di pemukiman Socrates yang mayoritas penduduknya menyembah dewa, sesat
dan musyik, dia malah iman kepada Allah SWT, karena budaya kaum Yunani
bertentangan dengan budaya Socrates yang menyembah Allah SWT akhirnya dia pun
ditangkap dan divonis hukuman mati oleh pemerintah Yunani, dia pun berani
bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya, bahkan dia pun menerima
hukuman dan pantang baginya untuk kabur, lari dari hukuman dan tanggung jawab
padahal hal yang sangat mudah untuk kabur dari hukuman itu , bayangkan siapakah
seorang Socrates.
Pesan terakhir Socrates setelah minum racun, “Crito. . . aku
berhutang seekor ayam kepada Asclepius . . .maukah kau membayar utangku?”. Crito
adalah murid Socrates saat dipenjara, ada 2 pelajaran dalam pesan terakhir Socrates,
yang pertama adalah aqidah islamiyah (hutang), dia tahu bahwa hutang sangat
berpengaruh saat kita dihisab di hari kiamat karena dari pengetahuan yang saya
pelajari haqqul adami sangat berperan mempengaruhi kita untuk terjebur
ke surga Allah atau bahkan terjerumus ke neraka Allah , pelajaran yang kedua
yakni tentang tanggung jawab, seorang ksatria selalu bertanggung jawab atas apa
yang dilakukannya, apalagi terhadap hak orang lain.
Budaya berbuat baik sangat mendominasi kehidupan anda, lebih-lebih
masalah aqidah yang bertentangan antara budaya kita dengan budaya orang
disekitar kita, selalu menjaga interaksi kerukunan antar umat beragama dan
lebih pentingnya menghormati budaya orang lain yang tak bertentangan dengan
aqidah kita.
Our culture may be different, but Unity is the most important.
Socran_tes
No comments:
Post a Comment